Proses Pembudayaan Mampu Cetak Generasi Bermutu

Proses pembudayaan efektif dilakukan untuk mencetak generasi yang bermutu karena Indonesia adalah negara maritim

adus,mandi laut,anak(Sigit89/Fotokita.net)
Budaya maritim di Indonesia menjadi kekuatan tersendiri untuk mencetak generasi mendatang yang berkualitas. Lebih lagi dengan peningkatan kualitas ketahanan budaya, akan menghasilkan tenaga-tenaga ahli yang mampu memproduksi barang buatan dalam negeri.

Hal ini dikemukakan oleh Mantan Presiden Republik Indonesia, B.J Habibie usai menjadi keynote speaker dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (1/3). Ia melanjutkan bahwa SDM Indonesia saat ini sangat minim dengan proses pembudayaan, padahal sumber daya di Indonesia seperti kekayaan alam dan budaya sangat melimpah.

Proses pembudayaan ini dimaksudkan mendidik calon-calon SDM berkualitas sejak dini, yakni dalam lingkungan keluarga, sekolah, serta lingkungan. Proses pembudayaan ini juga dapat meningkatkan nilai tambah pribadi untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing.

“Saat ini jam untuk proses pembudayaan bisa dikatakan hilang. Akibatnya daya saing dan kualitas hidup masyarakat Indonesia akan tetap rendah dan tidak berkembang,” papar Habibie.

Menurut Habibie hilangnya pembudayaan masyarakat Indonesia dikarenakan karena tradisi penjajah. Tradisi ini tidak dikembangkan untuk menumbuhkan skill sumber daya manusia, namun hanya untuk mengambil saja.
“Penjajah telah mengkondisikan untuk tergantung pada impor. Hal ini justru membuat berkurangnya proses nilai tambah terhadap produknya sendiri,” tambahnya.

Optimis pada industri dirgantara Indonesia
Dalam hal industri dirgantara Indonesia, Habibie sebagai mantan Menteri Riset dan Teknologi di masa Orba, yakni akan berkembang. Salah satunya dengan ide untuk membuat pesawat N-250 dan dan pesawat jet penumpang N-2130.

Saat ini sudah ada 17 perusahaan di Indonesia yang bersedia untuk mengembangkan pesawat ini. “Pesawat ini akan didesain dengan canggih lewat tenaga-tenaga ahli Indonesia yang berkualitas,” tambah Habibie.
Terkait dengan pencetakan tenaga ahli dirgantara pun, Habibie mengaku tidak perlu memasukkan materinya dalam kurikulum sekolah. Sebab sudah ada lembaga pendidikan dalam wujud Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dinilai efektif untuk mencetak sumber daya manusia di bidang kedirgantaraan.

“Mencetak generasi dirgantara itu mahal. Ini perlu generasi yang memang memiliki bakat tersendiri. Kita serahkan saja semua pada ITB,” jawabnya.

StumbleDeliciousTechnoratiTwitterFacebookReddit

0 komentar:

Translate

Twitter

chat box